WAGATABERITA.COM – SURABAYA. Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) jatuh pada 9 Februari 2019 mendatang akan diselenggarakan di Surabaya, sebelum puncak kegiatan pada hari tersebut pameran Pers digelar oleh berbagai media, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang dilakukan di Grand City Convention and Eshibition Surabaya.
Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal Depari, beserta Gubernur Jawa Timur Soekarwo, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, yang membuka kegiatan yang digelar selama 3 hari mulai Kamis (07/02/2019) hingga Sabtu (09/02).
Dalam hal ini Pakde Karwo menyebut perkawinan industri media dan digital sebagai momentum yang harus diambil Jawa Timur, untuk menaikkan produktivitas masyarakat. “Jadi ini menambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang tadinya hanya di rumah, begitu masuk digital mereka sudah menjadi produsen dan masuk pasar,” tuturnya.
Ia mengaku tidak bisa memprediksi peningkatan kedepan, namun bila ingin hasil yang lebih besar, media dan masyarakat harus bekerja sama. “Kalau ingin lebih besar, harus kerja sama karena kelompok kualitatif yang ingin jadi entrepreneur butuh informasi baru. Jadi sekarang ini konsep permintaan yang didahulukan, bukan penawaran. Masyarakat minta dari media sosial, ini bagus sekali,” jelasnya.
Efeknya, menurutnya, terasa dari tingginya jumlah tamu hotel sekaligus kuliner yang selalu laris. “Mereka yang dari media maupun masyarakat pun ingin belajar proses media. Ini kualitatif, belum bisa dihitung,” ujarnya.
Tak hanya Pakde Karwo, Rudiantara juga meyakini bahwa pers mendukung ekonomi rakyat. Selain itu, ia percaya media bisa mengontrol hoax, dan tidak akan mati walau diterjang digital.
Ia mengatakan, suka atau tidak, yang menjadi isu bukan karena ini pesta politik, karena hoax selalu ada walau tidak berkaitan dengan Pilkada dan Pemilu. “Maka dari itu, harapan dan keyakinan justru ada pada media mainstream yang ditunjang insan pers dan kode etik. Jika sama – sama berpatokan pada profesionalisme kode etik, hoax yang disebarkan dengan medium baru akan terkikir adanya rujukan media,” terangnya.
Lalu, ia yakin pers tidak akan pernah mati karena insan pers senantiasa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas diri. “Kompetensi wartawan selalu diuji karena industri pers bukan bergantung digital atau tidak, tapi insan persnya, bagaimana menjalankan etika dan profesionalisme. Selama itu ada, mau ada digital, tidak masalah,” pungkasnya. (Red/*)