WAGATABERITA.COM – JAKARTA.
Ibu, maafkan aku.
Aku ke Monas, tak ijin ibu.
Aku ingin buat kejutan.
Pulang membawa beras.
Sejak lama aku sedih.
Kadang aku menangis.
Aku lihat ibu semakin susah.
Walau ibu menyembunyikannya.
Aku tahu itu soal beras.
Sengaja aku makan sedikit saja.
Kadang cukup dua kali sehari.
Aku ingin membantu.
dengan caraku sendiri.
Menghemat sembako.
Kemarin ada kupon.
pembagian beras di Monas.
Aku bahagia sekali.
Aku juga tak lapor ke Pak RT.
Aku ajak temanku,
Ia juga ingin buat kejutan.
Hadiah Indomie untuk ibunya.
Aku 12 tahun,
Temanku 10 tahun,
Tapi, asyik,
Kecil – kecil sudah bisa dapat beras,
dapat indomie.
Gratis!
Kami jingkrak berpelukan.
Kami bayangkan betapa ibu akan senang.
Tapi di Monas ramai sekali, Ibu.
Aku di tengah kerumunan.
Badanku kecil.
Sesak nafasku.
Aku menangis memanggil namamu :
“Ibu…”
Tak ada yang peduli.
Semua sibuk berebut beras.
Semua sibuk ambil Indomie.
Badanku lemas, Ibu.
Aku panggil lagi namamu ;
Ibuuuuuuuuuu…
Aku pingsan.
Temanku lebih dulu pingsan.
Lalu,
Aku terbang ke udara.
Dari jauh kulihat badanku sendiri.
Kata orang aku sudah mati.
Temanku juga mati.
Ia terinjak – injak mereka yang antri.
Ampun Ibu,
Aku menangis sekeras – kerasnya.
Maafkan aku.
Aku ingin buatmu bahagia.
Memberimu hadiah beras.
Tapi bukan beras mengejutkanmu.
Aku malah tak lagi bisa memelukmu.
Ibu malah kehilanganku.
Maafkan aku, Ibu.
Maafkan aku.
Tak bisa pulang membawa beras.
(Red/IWO, Rabu 02/05/2018)
- ULASAN DENNY JA TENTANG NYANYIAN SETNOV, PUAN MAHARANI DAN EFEK ELEKTORAL DI TAHUN POLITIK
- PENJELASAN DENNY JA MENGENAI ISU : INDONESIA AKAN “MUSNAH” DI TAHUN 2030..?
- TAK AKAN ADA KEKUATAN YANG MAMPU MENCEGAH TAKDIR KERUNTUHAN SISTEM NEGARA ERA REFORMASI
- ULASAN DENNY JA : DAN KREATIVITAS PUN MENULAR
- BUKANKAH PEMBIARAN KESALAHAN SAMA BURUKNYA DENGAN KRITIK ASAL – ASALAN ?